Etika Pelajar dalam Menuntut Ilmu: Pedoman Menjaga Akhlak, Memperbaiki Niat, dan Meningkatkan Kualitas Diri untuk Meraih Kesuksesan Dunia dan Akhirat
1
0
Menuntut ilmu adalah kewajiban yang tidak hanya berguna untuk bekal hidup di dunia, tetapi juga sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Bagi seorang pelajar, proses belajar tidak hanya melibatkan pemahaman terhadap materi pelajaran, tetapi juga harus mengandung etika yang dijaga dengan baik. Dalam konteks ini, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, seorang ulama besar Indonesia, mengajarkan banyak hal terkait adab dan etika yang perlu diterapkan oleh setiap pelajar. Dalam kitab Adab Ta’lim Muta’allim, KH Hasyim Asy’ari menguraikan berbagai prinsip yang seharusnya diterapkan oleh seorang pelajar untuk menjadikan ilmu sebagai cahaya yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain. Berikut adalah beberapa etika pelajar dalam menuntut ilmu yang penting untuk diterapkan.
1. Menjaga Kemurnian Niat dalam Belajar
Niat merupakan kunci utama dalam setiap tindakan, termasuk dalam menuntut ilmu. Seorang pelajar harus memiliki niat yang baik dan tulus dalam proses belajar, yaitu untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Niat yang lurus akan menjaga agar setiap usaha yang dilakukan selalu berada di jalur yang benar dan bermanfaat. KH Hasyim Asy’ari mengajarkan bahwa niat harus terfokus pada tujuan yang mulia, seperti mengamalkan ilmu untuk kebaikan umat, memperjuangkan syariat, dan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini senada dengan pesan Nabi Muhammad SAW yang bersabda, "Sesungguhnya setiap amal itu bergantung pada niatnya." Oleh karena itu, penting bagi pelajar untuk selalu memurnikan niat dan menjadikannya sebagai motivasi utama dalam menuntut ilmu.
Surah Al-Bayyinah (98:5):
وَمَآ أُمِرُوا۟اِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Artinya: "Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)."
2. Menjaga Kesabaran dan Keteguhan Hati
Belajar tidak selalu mudah, terkadang pelajar akan menghadapi kesulitan, kebingungan, dan rasa putus asa. Oleh karena itu, kesabaran dan keteguhan hati menjadi sikap yang sangat penting. KH Hasyim Asy’ari mengingatkan para pelajar agar tidak mudah menyerah menghadapi tantangan, baik itu dalam memahami materi maupun menghadapi kesulitan lainnya. Kesabaran juga meliputi kemampuan untuk tetap tenang dan tidak tergesa-gesa dalam memperoleh ilmu, karena pengetahuan yang mendalam membutuhkan waktu dan proses yang tidak instan. Pelajar yang sabar akan lebih mudah mengatasi berbagai rintangan dalam perjalanan belajarnya dan lebih mampu menjaga akhlak serta integritas diri.
Surah Al-Asr (103:1-3):
وَالۡعَصۡرِۙ (١) اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ ( ٢) اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ( ٣)
Artinya: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran."
3. Menjaga Waktu dengan Efektif
Waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang sering kali terlupakan dalam kehidupan seorang pelajar. Oleh karena itu, memanfaatkan waktu secara bijaksana adalah salah satu etika yang harus dijaga. KH Hasyim Asy'ari menekankan bahwa waktu adalah modal utama dalam menuntut ilmu. Seorang pelajar seharusnya membagi waktu dengan cermat antara belajar, beribadah, dan istirahat. Dengan manajemen waktu yang baik, pelajar akan dapat belajar lebih efektif dan meraih hasil yang maksimal. Salah satu cara yang disarankan adalah dengan menentukan waktu-waktu tertentu untuk menghafal, mengulang pelajaran, dan berdiskusi. Waktu juga harus digunakan untuk memperdalam pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari, agar tidak hanya sekadar menghafal tanpa pengertian yang mendalam.
Surah Al-Mu’minun (23:3):
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَۙ
Artinya: Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk menerima ilmu. Seorang pelajar yang sombong akan merasa dirinya lebih pintar atau lebih hebat dari orang lain, yang pada akhirnya akan menutup peluangnya untuk belajar dari siapapun, termasuk dari teman sekelas atau guru. KH Hasyim Asy’ari mengajarkan kepada para pelajar untuk selalu bersikap tawadhu' (rendah hati) dan tidak merasa lebih baik dari orang lain. Dengan sikap tawadhu', pelajar akan lebih terbuka terhadap ilmu yang diberikan, serta lebih mudah untuk mengamalkannya. Kesombongan hanya akan menghalangi keberkahan ilmu, sedangkan kerendahan hati akan membuka pintu ilmu yang lebih luas dan lebih bermanfaat.
Surah Al-Furqan (25:63):
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًۭا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلاَمًۭا
Artinya: "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik."
5. Menghormati Guru dan Menghargai Proses Belajar
Pelajar juga harus menghormati guru sebagai sumber ilmu. Tanpa adanya guru, tidak mungkin seorang pelajar dapat mencapai pemahaman yang mendalam tentang suatu hal. KH Hasyim Asy'ari mengingatkan agar pelajar senantiasa menjaga adab dan etika dalam berinteraksi dengan guru, seperti mendengarkan dengan baik, tidak terburu-buru, dan selalu menghormati waktu dan usaha yang diberikan oleh guru. Menghormati guru bukan hanya dengan perkataan, tetapi juga dengan sikap dan tindakan. Guru adalah tempat yang dipercaya untuk menyampaikan ilmu, dan seorang pelajar harus berterima kasih atas setiap pelajaran yang diberikan. Bahkan, doa dan rasa hormat kepada guru adalah salah satu cara untuk mendapatkan keberkahan dalam ilmu yang dipelajari.
Surah Al-Mujadila (58:11):
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
6. Mengurangi Makan dan Minum
Seorang pelajar harus menjaga pola makan yang sehat dan tidak berlebihan. KH Hasyim Asy'ari mengingatkan agar pelajar tidak makan atau minum dengan berlebihan, karena hal itu bisa mengakibatkan rasa malas dan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Makanan yang berlebihan dapat membuat tubuh menjadi berat dan membuat seseorang merasa lemas, sehingga daya ingat dan kemampuan berpikirnya berkurang. Dengan mengurangi makan dan minum, pelajar tidak hanya menjaga tubuhnya agar tetap sehat, tetapi juga dapat mengontrol hawa nafsu, yang bisa membantu mempertajam kecerdasan dan meningkatkan daya tangkap.
Surah Al-A'raf (7:31):
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَࣖ
Artinya: Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
7. Bersikap Wira’i (Menjaga Diri dari Hal-Hal yang Haram dan Syubhat)
Seorang pelajar harus memiliki sifat wira’i, yaitu menjaga diri dari segala hal yang dapat membahayakan akhlak atau merusak niat baik dalam menuntut ilmu. Wira’i adalah sikap berhati-hati dalam memilih apa yang dimakan, digunakan, dan dilakukan agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram atau meragukan (syubhat). Hal ini penting karena hati yang bersih dan terjaga akan lebih mudah menerima ilmu dan lebih mudah memahami kebenaran. Pelajar yang wira’i juga akan memiliki kepribadian yang mulia, yang berpengaruh positif pada diri mereka dan orang di sekitarnya.
Surah Al-Baqarah (2:168):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا۟ كُلُوا۟ مِّنْ طَيِّبَـٰتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan syukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah-Nya."
8. Menghindari Makanan yang Membuat Lemah dan Menyebabkan Kebodohan
Makanan memiliki pengaruh besar terhadap fisik dan mental seseorang. KH Hasyim Asy'ari mengajarkan bahwa seorang pelajar harus bijak dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Makanan yang berlebihan atau tidak sehat dapat menyebabkan kelemahan fisik, keengganan untuk belajar, dan dapat menurunkan daya ingat. Oleh karena itu, pelajar harus memilih makanan yang dapat membantu mempertajam akal dan menjaga tubuh tetap sehat. Mengurangi konsumsi makanan yang berat atau berlemak dan memilih makanan yang lebih bergizi sangat dianjurkan.
Surah Al-Mulk (67:15):
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًۭا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِّن رَّزْقِهِۦٓ ۚ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Artinya: "Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
9. Mengurangi Tidur untuk Memaksimalkan Waktu Belajar
Tidur yang berlebihan dapat menjadi penghalang bagi pelajar untuk mencapai tujuannya dalam menuntut ilmu. KH Hasyim Asy'ari mengingatkan para pelajar agar mengurangi waktu tidurnya, asalkan tidak membahayakan kesehatan tubuh dan jiwa. Tidur yang terlalu lama akan membuat tubuh menjadi malas dan kehilangan semangat untuk belajar. Oleh karena itu, pelajar harus mengatur waktu tidurnya dengan bijak agar tetap segar dan bisa memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Tidur yang cukup dan teratur dapat membantu memulihkan energi, sehingga pelajar dapat belajar dengan lebih efektif.
Surah Al-Furqan (25:47):
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ لِبَاسًا وَّالنَّوْمَ سُبَاتًا وَّجَعَلَ النَّهَارَ نُشُوْرًا ٤
Artinya:”Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat. Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha.”
10. Menjauhi Pergaulan Negatif dan Tidak Bermanfaat
Pergaulan adalah faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang pelajar. KH Hasyim Asy'ari mengingatkan para pelajar agar menjauhi pergaulan negatif yang hanya akan membuang-buang waktu dan energi. Pergaulan yang tidak bermanfaat, terutama dengan orang-orang yang tidak menghargai ilmu, bisa mengalihkan perhatian pelajar dari tujuan utamanya, yaitu belajar dan mengembangkan diri. Pelajar harus berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan pergaulannya. Pilihlah teman yang dapat memberikan dorongan positif, yang memiliki akhlak baik, serta senantiasa mengingatkan pada kebaikan dan ilmu.
Surah Al-Furqan (25:28):
يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا ٢
Artinya: "celaka aku! Sekiranya (dahulu) aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman setia.”
Semoga dengan menerapkan etika-etika ini, setiap pelajar dapat menjalani proses belajar dengan penuh berkah, meraih ilmu yang bermanfaat, dan mencapai kesuksesan di dunia serta akhirat. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang luhur, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia, menghormati guru, dan menjaga amanah ilmu yang telah diberikan. Setiap langkah dalam menuntut ilmu akan membawa kebaikan, memperkokoh karakter, dan memperluas wawasan, sehingga ilmu yang diperoleh tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Harapannya, keberkahan akan selalu menyertai perjalanan mereka dalam membangun masa depan yang cemerlang dan diridhai oleh Allah SWT.