
Workshop Anti Kekerasan & Perundungan di Sekolah: Membangun Lingkungan Belajar yang Aman dan Penuh Empati
2 hari yang lalu
Bacaan 3 menit
0
0

YAPI Al Azhar Rawamangun menunjukkan komitmen dalam menghadirkan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan ramah anak melalui penyelenggaraan Workshop Anti Kekerasan & Perundungan di Sekolah. Kegiatan yang diikuti oleh para guru ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat peran pendidik sebagai pelindung, pembimbing, serta pendamping murid dalam menjalani proses belajar sehari-hari.
Workshop ini menghadirkan tiga narasumber kompeten di bidangnya, yaitu Prof. Dr. Otib Satibi, M.Pd., Dra. Evita Adnan, M.Psi., dan Noridha Weningsari, M.Psi. Ketiganya memberikan materi mendalam mengenai upaya pencegahan, deteksi dini, serta penanganan perilaku kekerasan dan perundungan (bullying) di lingkungan sekolah.
Dengan berbagai kasus perundungan yang semakin kompleks seiring perkembangan teknologi dan media sosial, pelatihan seperti ini menjadi kebutuhan penting agar para guru mampu menghadapi tantangan pendidikan modern secara profesional dan penuh empati.
Memahami Perilaku Kekerasan dan Tantangannya di Sekolah
Dalam sesi awal workshop, narasumber memaparkan berbagai bentuk kekerasan yang dapat terjadi di sekolah. Tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan verbal, emosional, sosial, bahkan digital (cyberbullying). Pola kekerasan yang muncul pada murid sering kali tidak tampak secara kasat mata, sehingga guru perlu memiliki kepekaan khusus untuk membaca tanda-tanda perubahan perilaku.
Para narasumber menjelaskan bahwa kekerasan dan perundungan dapat berdampak besar pada perkembangan murid, baik dari segi akademik, mental, maupun hubungan sosial. Karena itu, peran guru dalam mendeteksi dini sangat penting untuk mencegah dampak yang lebih serius di masa depan.
Guru sebagai Garda Terdepan dalam Pencegahan
Melalui workshop ini, para guru diajak memahami bahwa proses pencegahan dimulai dari suasana kelas yang hangat, terbuka, dan saling menghargai. Guru juga didorong untuk menciptakan hubungan yang baik dengan murid, sehingga mereka merasa aman untuk bercerita saat mengalami permasalahan.
Beberapa poin penting yang disampaikan narasumber terkait peran guru dalam pencegahan kekerasan meliputi:
Mengamati perubahan perilaku murid secara konsisten.
Menjaga pola komunikasi yang positif antara guru, murid, dan orang tua.
Memberikan contoh perilaku saling menghormati, termasuk saat menghadapi konflik.
Membuat aturan kelas yang jelas dan disepakati bersama murid.
Menghadirkan lingkungan belajar yang inklusif, di mana setiap murid merasa diterima.
Guru juga dibekali pendekatan praktis untuk menciptakan suasana kelas yang aman, seperti penyusunan program anti perundungan, kegiatan reflektif bersama murid, hingga teknik de-eskalasi saat menghadapi konflik.
Strategi Penanganan Kasus Kekerasan
Setiap bentuk kekerasan membutuhkan penanganan yang berbeda. Dalam workshop ini, para narasumber memberikan panduan langkah demi langkah dalam menangani kasus perundungan, mulai dari menerima laporan, menenangkan korban, mengidentifikasi pelaku, hingga melakukan tindakan restoratif.
Pendekatan restoratif menjadi salah satu poin utama yang ditekankan. Pendekatan ini bukan sekadar memberikan hukuman, melainkan membantu pelaku memahami dampak perbuatannya dan memulihkan hubungan yang rusak. Dengan cara ini, sekolah dapat mampu membangun budaya damai yang berkelanjutan. Selain itu, guru juga diajak untuk bekerja sama dengan pihak sekolah dan orang tua agar proses penanganan berjalan lebih efektif serta memberikan dampak positif bagi murid.
Mewujudkan Sekolah yang Ramah Anak melalui Workshop Anti Kekerasan & Perundungan di Sekolah
Di akhir kegiatan, para guru menyampaikan komitmen untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh. Pengetahuan dan pemahaman baru ini menjadi bekal untuk menciptakan suasana sekolah yang lebih aman, nyaman, dan penuh empati bagi setiap murid.
Workshop ini bukan hanya sekadar kegiatan pelatihan, tetapi juga bentuk dedikasi YAPI Al Azhar Rawamangun dalam mewujudkan sekolah yang ramah anak, di mana tumbuh kembang murid menjadi prioritas utama. Dengan kemampuan guru yang semakin kuat dalam mencegah dan menangani kekerasan, diharapkan setiap murid dapat belajar dan tumbuh dengan rasa aman serta percaya diri. Komitmen ini menjadi langkah berharga dalam membangun generasi yang berkarakter, berempati, dan memiliki daya tahan mental yang baik, modal penting untuk menghadapi masa depan.



















